Tahun ini sungguh tahun yang menantang buat gua.
Di awal tahun, gua dua kali berpindah kerja. Membuat siklus hidup gua jadi dinamis banget. Adaptasi lagi sama lingkungan, belajar lagi gimana maunya bos, serta nyari tau lagi di mana warung makan yang enak dan murah deket kantor.
Hidup yang sebelumnya udah punya ritme, jadi sedikit berantakan. Bagi waktu antara pekerjaan dan keluarga jadi sedikit terganggu. Sekarang, gua jadi lebih sering pulang malam karena tumpukan pekerjaan. Skala stres yang bertambah membuat gua harus pandai-pandai mengolahnya agar ga kebablasan.
Pekerjaan baru artinya tanggung jawab baru. Makin ke atas, angin makin kencang. Skala pekerjaan makin besar, dengan jumlah tim yang makin sedikit. Perbedaan budaya kantor membuat segalanya ga jadi lebih mudah.
Di sisi lain, pekerjaan baru juga berarti pendapatan baru. Gua sama Sarah jadi harus ngatur kembali pos keuangan rumah tangga. Tambahan tabungan membuat rencana-rencana besar bisa terakselerasi, meski juga harus mampu bertahan dari godaan pengeluaran gaya hidup yang seolah terus mengejar di setiap waktu.
Belum selesai dengan badai awal tahun, pada pertengahan tahun ini, gua membuka pintu bagi ide-ide usaha sampingan yang baru. FMB Consultant telah berjalan selama tiga tahun dan sepertinya udah bisa berjalan dengan baik berkat tim yang semakin lengkap dan kompak. Sepertinya tahun ini adalah saat yang tepat bagi gua untuk melebarkan sayap ke industri lain.
Ketemuan kanan kiri, cari referensi sana sini, pergi wara wiri. Lupakan istirahat di Sabtu Minggu, akhir pekan kini beralih fungsi jadi jendela pencari informasi.
Di periode yang sama, gua memutuskan untuk mulai menulis novel lagi. Seakan stres-nya belum cukup, gua dan Sarah menantang diri dengan menambah kegiatan yang cukup memakan waktu ini. Setiap pulang kerja, gua dan Sarah duduk di meja makan sambil diskusi pengembangan cerita. Sebelum lampu kamar padam, gua menyempatkan diri untuk menulis, barang satu-dua jam aja.
Setiap malamnya, gua harus memaksa otak agar menjeda pekerjaan kantor dari setiap selnya. Bersih-bersih sebelum gua mulai tenggelam dalam runtuhan kata dan paragraf. Besok paginya, gua mengumpulkan lagi apa yang dijeda malam sebelumnya. Mengatur diri ke mode pengguna Excel, setelah lelah bergulat dengan Word.
Kalo ini Power Rangers, semua stres dari kegiatan tadi pasti udah bersatu membentuk zord. Mencoba menaklukan musuh dalam diri gua yang bernama kebugaran dan kewarasan.
Namun di balik semua itu, meski dengan tersengal dan tergopoh, gua masih bertahan. Gua harus bertahan. Karena gua sepenuhnya sadar, bahwa sekarang, hidup gua ini bukan hanya untuk diri gua sendiri. Continue reading