Lebaran tahun ini, penikmat film lokal digempur oleh lima film sekaligus. Empat di antaranya bahkan rilis di tanggal yang sama. Dari banyak opsi tersebut, sepertinya gua dan Sarah hanya akan menikmati satu aja. Pilihan kami jatuh ke film Sabtu Bersama Bapak (Max Pictures, 2016).
Sabtu Bersama Bapak merupakan film yang diadaptasi dari novel super laris karangan Adhitya Mulya yang berjudul sama. Bukan, ini bukan tentang turut ayah ke kota naik delman istimewa, karena itu, hari Minggu. Tapi ini tentang seorang ayah, Gunawan (Abimana Aryasatya), yang divonis hanya akan hidup satu tahun lagi.
Untuk mengisi kekosongan sosok ayah setelah nanti beliau tiada, sang Bapak meninggalkan pesan dalam bentuk ratusan kaset video kepada istri (Ira Wibowo) dan kedua anaknya, Satya dan Cakra. Satu kasetnya hanya boleh disaksikan bersama-sama seminggu sekali, setiap hari Sabtu. Hence, Sabtu bersama Bapak.
Cerita bergulir saat Satya (Arifin Putra) dan Cakra (Deva Mahenra) tumbuh dewasa. Satya telah menikah dengan Risa (Acha Septriasa), punya dua orang anak, dan tinggal di Paris. Sementara Cakra memiliki karier gemilang sebagai banker di Jakarta yang setiap weekend pulang ke Bandung demi menemani ibunya. Keduanya hidup terpisah dengan konfliknya masing-masing. Satya dan Risa yang membangun rumah tangga, sedangkan Cakra yang sibuk mencari pasangan hidup.
Ketika membaca novelnya, lakon Cakra mencari cinta mudah dibayangkan format filmnya. Namun sulit membayangkan kisah rumah tangga Satya dan Risa yang pelan dan terkesan tanpa ujung menjadi sebuah film. Belum lagi, penceritaan dua tokoh dalam satu buku terlihat lebih mudah ketimbang dalam satu film yang punya durasi terbatas. Apakah akan ada satu cerita yang dikalahkan di filmnya atau gimana?
Memang ga adil rasanya jika harus membandingkan film dengan novelnya secara gamblang, namun dua hal itulah yang jadi kekhawatiran gua ketika masuk ke dalam ruang bioskop hari Jumat lalu. Namun saat melangkah keluar, kedua kekhawatiran itu dapat terjawab dengan baik.